Thursday, July 11, 2013

o.o

Aku benci tatapanmu.

Aku benci saat kau membuangnya.
Aku benci saat kau menatap entah kemana.
Menghilang dalam riuh gemerlap jalanan,
juga pada hangat peluk teman-teman.
Aku tak segan menghilang juga.
Namun kataku aku tak bisa.
Tak bisa merasa,
Tak bisa mendua.
Bahkan kepada kesendirianku.
Yang aku mau bukan senyum gemolekmu,
atau ciuman panas di sekujur tubuh.
Yang aku benci saat kau menatap,
melihat kosong kearah lantai dan atap.
Seolah aku tak ada, aku tak terlihat.
Makanya, jangan pernah diam membisu.
Atau semua rasa antara kita kan menjadi semu.
Apa perlu kutampilkan muslihat?
Atau sejumput banyak mukjizat?
Kurasa tak perlu.
Kau selalu menyebutnya benar.
Iya,
Iya,
dan Iya.
Tapi bukan itu yang kumau.
Yang aku butuh adalah bukti.
Karena untuk hati itulah yang sakti.
Aku benci tatapanmu.

Saat kau tak menatapku.

Saturday, June 15, 2013

Biola Tua.

Ngik
Ngok
Ngik
Ngok
Ngik
Ngok
Ngik
Ngik
Ngok
Ngik
Ngik
Ngik
Ngok
Ngok
Ngok
Ngik
Ngok
Ngik
Ngok
Ngok.

Hai Tengik!
Cuba kau tengok!

Balada Tentang Seorang Jatuh Cinta

Aku bertemu dirimu.
Lalu aku jatuh cinta.
Bagaimana dengan rasamu?

Selesai.

Keningmu, Keningku Juga.

Tentang Engkau
Tentang Daku
Tentang Temu
Tentang Cumbu
Tentang Lalu
Tentang Rancu
Tentang Bisu.

Terkisah pada Pukul Empat Hari Minggu Bulan Enam.

Ya. Seperti judulnya: Gadis ini menawan seperti sore.
Sendu, namun menyejukkan bagai senja.
Membuat jelang malam cenderung ramai,
menjauhkan bising pagi hari dengan damai.
Sedangkan aku, aku hanyalah jelata yang melata.
Mengais kasih dari orang-orang sekitar,
Mencoba untuk berkata dengan mata,
Lalu sadar bahwa semua hanya berputar.
Di sore itu aku terlihat olehnya.
Namun tak cukup, aku mau dirasa olehnya.
Terawang apa yang terlampau kurang olehku.
Merindu akhir kemarau panjang olehku.
Yang aku lihat bukan juntai rambut gemoleknya.
Bukan indah tutur senyumnyanya.
Juga bukan jauh dan luas perangainya.
Yang aku lihat cuma ketulusan dalam tatapannya.
Biarkanlah orang lain mengetuk.
Toh, bukan mereka yang merasa terrasuk.
Biarkanlah aku merasa hilang,
dalam keramaian dimana aku berharap menang.
Namun kini tak peduli apa itu harmoni,
Mungkinkah itu candu bagi wanita dan lelaki?
Untuk berkata mengikuti benak,
hingga hati ikut jatuh terbelalak.
Tahukah engkau tentang apa yang menunggu?
Akankah engkau menunggu dengan termangu?
Mungkinkah aku mengindahkan segala tentangmu?
Pernahkan lalu bertanya tentang esok meski ia bisu?

Aku tak tahu. Ya, aku tak tahu.

Friday, May 10, 2013

Sunny Days.

Yes, my head's still in the yesterday.
Why won't you come and make my day?
I'll wait right from the morning,
right when the rain is pouring.
When I'm with you, what would they say?

No, don't think about the yesterday.
I told you that it's so grey.
So when your day's not sober,
I'm going to roll you over.
When I'm with you, what would you say?

Lima Lima Tujuh

Para tahun hanya melangkah dan berlari.
Menyusuri arus dan tak pernah menepi.
Tak pernah melihat, mau pun menyapa.
Namun mereka tahu bahwa kita ada.

Tertinggal di belakang,
mencoba membaca seluruh untaian.
Antara waktu dan jarak,
tak pernah ada yang namanya lantunan.

Dunia hanyalah tempat untuk bersandar.
Bagi sebagian jiwa yang sendiri dan
Bagi sebagian surga yang menanti.
Percayakah kita akan itu?

Saat kekasih mu tertidur,
sadarkah akan rambutnya yang menjuntai?
Memberi tahu bahwa dia akan tersibak,
dan menguak semua kata rahasia.

Mata kekasihmu bukan lah segalanya.
Tatap ketiganya dengan segala makna.
Agar sorot nanarnya mengalur mengisi relung,
dimana cinta sudah jatuh dan tersandung.

Semua hal berkisah kepada semesta.
Seakan-akan ialah kekasih dari mereka.
Bicaralah dan dekaplah ia,
sehingga kau bisa melihat apa-apa yang nyata.

Kamu! Lantur!

Ya.

Pernahkah kamu merasa sendiri di keramaian?
Hingga ingin melompat diantara batas-batas jiwa?
Hingga ingin melepas semua kepenatan asa?
Hingga berdesak dengan singa di dalam sukma?

Pernahkah kamu kehilangan arah?
Sampai kesana kesini menangis menjerit?
Sampai tak tahu apa yang mau diraba?
Sampai melihat kerumunan bagai laut yang terhindar?

Pernahkah kamu kecewa?
Akan kedunguan mulut kekasih?
Akan kepasrahan rambut panjang mu?
Akan belati yang menusuk kuping mu?

Pernahkah kamu bersalah?
Karena sekedar melewatkan lembayung fajar?
Karena tinggal terlalu lama di dalam diri?
Karena berusaha memutar waktu kembali?

Pernahkah kamu mengagumi?
Kekurangan hati dan sanubari?
Kekurangan kata dan masuk akal?
Kekurangan harta dan kesempatan?

Pernahkah kamu jatuh cinta?
Kepada seorang yang baru kau kenal?
Kepada seorang yang tidak kau kenal?
Kepada seorang yang tlah lama kau kenal?

Ya.